Aku sering berfikir tentang kehidupan anak yang ditinggalkan orang tuanya –perasaan tentang bagaimana mereka tidak pernah bisa memilih orang tua atau bahkan sekedar ditanyai pendapat : apakah bersedia lahir ke dunia ? Mari kita kesampingkan sejenak konteks pendapat kita sebelum lahir ini dalam perspektif agama, kita lihat dari perspektif sempit hubungan orang tua dan anak. Kehidupan bukan perkara sederhana dan mudah, aku paham orang tua tak lantas menjad orang tua saat anak mereka lahir –mereka perlu berproses. Aku hanya bertanya – tanya kenapa ada pilihan meninggalkan anak, disaat mereka tahu bahwa kehidupan ini tidak mudah ? 

Charlie Davis menghabiskan waktunya di jalanan, yang entah seberapa ramainya tetap terasa kosong. Hidupnya sangat menyedihkan, bacaan yang membuat aku merasa sedih –hidup terlalu berat untuk anak seumuran dirinya merasakan kesendirian dan kosong. Kekosongan yang kemudian ikut membuatnya sunyi –merenggut suaranya.  Charlie memiliki Mikey –atau lebih tepatnya merasa memiliki Mikey, sebelum dia ditunjukkan kenyataan bahwa dia hanya memiliki dirinya sendiri.

Kekosongan yang di hadapi Charlie membuatnya banyak diam –tidak bisa berbicara. Hidup kembali di tempat penampungan dengan orang – orang yang sama malangnya dengannya, tak membuatnya lantas bisa bercerita –karena dia tidak bisa berbicara. Seperti hanya semua manusia didunia ini, tidak ada kesulitan hidup yang akan mengakhiri kehidupanmu selagi kau masih hidup, hari – hari kembali dilanjutkan Charlie dengan kekosongan tentu saja. 

Melanjutkan hidup membuatnya melihat bahwa pada dasarnya semua manusia ini, dalam kehancuran, broken in pieces, in a mess. Riley, dirinya, orang yang dia temui dijalanan, mungkin Mikey, mereka semua adalah jiwa-jiwa yang sudah tersayat –kadang jelas terlihat, kadang sama sekali tak nampak. Bagian apakah di kehidupan ini yang membuat mereka begitu tersayat dan terluka? Dari awal manakah semua kesakitan ini hadir kepada semua manusia itu? Mungkinkah saat terlahir itu, kita tidak utuh ?

Charlie tidak sembuh, ia hanya berjalan dan terus melanjutkan hidup, seperti kebanyakan manusia di dunia ini. Melihat dunia dari perspektif mereka yang rapuh, dan menyelesaikan masalah dengan perspektif manusia lain yang sama-sama rapuh. Charlie berjalan, mungkin tanpa tujuan, tanpa ujung. Dia tetap memilih hidup, atau siapa yang tahu berapa kali dia sudah mati di kehidupan ini tanpa ada yang sadar.

Comments

Popular Posts