Lagi - Lagi Kegagalan
“Rasanya sakit, sangat sakit sehingga aku ingin berhenti –namun saat aku memikirkan itu, aku mengambil satu langkah lagi -ke depan”
Saat itu mungkin seperti ada suara dari dalam diri bahwa masih ada kemungkinan aku untuk berhasil jika mencoba lagi. Mungkin aku terlalu mendengarkan Friedrich Nietzsche soal bintang menari, dan menerima kekacauan yang menyakitkan itu untuk tetap ku bawa berlari –atau berjalan.
Karena kita menganggapnya penting, sebenarnya sangat sederhana : kita pasti akan memperjuangkan apa yang kita anggap penting –aku berjuang meskipun sangat menyakitkan untuk sesuai yang aku anggap penting, kalian juga sama kan. Namun meskipun kita berani untuk memilih berjuang bukan berarti itu tidak berat. Menjadi berani tidak lantas membuat semua hal menjadi ringan.
Dan dunia tidak selalu berjalan sesuai isi kepala kita, semua rencana perjuangan bisa saja hancur berantakan –bukan selalu karena kesalahanmu, bisa jadi karena orang lain atau keinginan dunia itu untuk berputar sedikit berbeda dari porosnya. Saat itu pasti dan aku maklum yang kita dapatkan adalah rasa kecewa, dan akan berubah menjadi sakit sekali saat terjadi berulang - ulang.
Tetapi, kemudian kita –aku, atau kau yang membaca ini, memilih maju ke depan selangkah lagi.
Alasannya sungguh sederhana, karena tidak tahu langkah keberapa yang akan berhasil –maka meskipun kecil dan lemah, kita mendengarkan suara itu –untuk mengambil langkah maju sekali lagi. Mungkin dalam keyakinan kuat atau keputusasaan kita berharap ini langkah terakhir sebelum keberhasilan. Namun, lagi -gagal.
Berulang kali sampai kita hafal rasa kegagalan, sehingga meskipun rasa sakit yang ditimbulkan tidak menjadi lebih baik –tetapi saat ini kita terbiasa dengan hal itu. Seperti, fakta bahwa waktu terlalu diagung-agungkan sebagai yang menyembuhkan luka, sebenarnya manusia tumbuh beradaptasi dengan luka - luka itu, karena –dunia terus berjalan, bumi terus berputar, dan tidak ada yang benar - benar membantu kita, untuk membuat sepedanya tetap berjalan yang kita perlukan adalah tetap mengayuh pedalnya.
Fakta yang lebih benar daripada ‘waktu yang akan menyembuhkan luka’ adalah bahwa selama diri kita masih hidup, kita bisa melakukan apapun yang kita mau. Benar, bahwa selama roda sepeda masih berjalan –kita masih mengayuh, maka kita bisa pergi kemanapun yang kita mau. Kita harus menjaga harapan - harapan tetap hidup, meskipun kegagalan demi kegagalan terus datang, karena dengan begitu kita memiliki masih memiliki kesempatan untuk sampai di pintu yang memang terbuka untuk kita.
Jangan patah semangat, meskipun butuh waktu lebih lama kita akan sampai di tempat itu, dengan keadaan utuh.
Comments
Post a Comment